TUGAS
PENDIDIKAN ISLAM
Pada dasarnya setiap manusia dilahirkan ke dunia sebagai
pribadi yang membawa nilai-nilai kesucian dan kemurnian (fitrah). Ibarat
mutiara, fitrah merupakan nilai-nilai kehidupan yang menjadikan manusia sebagai
makhluk mulia. Kemuliaan ini telah ditanam oleh Allah di dalam kodrat setiap manusia
sejak awal diciptakannya. Ia merupakan potensi bawaan untuk berpikir, merasa
dan mampu berperilaku. Ia adalah penentu nilai kehidupan. Jaya atau hancurnya
suatu kaum, tinggi atau rendahnya derajat suatu bangsa tidak lebih dari apapun
kecuali ditentukan oleh nilai-nilai kehidupan ini. Apabila nilai ini terjaga
dengan baik dan benar, manusia akan menjadi mulia tidak hanya di dunia tapi
juga di akhirat. Sebaliknya apabila terkotori atau terlupakan, manusia akan
menjadi hina atau tidak bernilai.
Pendidikan (tarbiyah) adalah satu – satunya upaya untuk
membentuk dan menjaga kembali nilai diri manusia agar menjadi karakter,
mengembangkan potensinya dan pada akhirnya agar manusia terhindar dari
kesesatan dan kehancuran serta mampu memimpin dunia ini. Dalam beberapa ayat Al
Qur’an, Allah SWT telah meletakkan dasar – dasar utama pendidikan sebagaimana
berikut ini.
1. “Tidak wajar
bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan
kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata):
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang
rabbani, karena kamu selalu mengajarkan
Al kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya” (Ali Imran : 79).
2. “Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami
kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu
dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah,
serta mengajarkan kepada kamu apa yang
belum kamu ketahui” (Al Baqarah : 151).
3. “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul
dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan
Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (Ali Imran
164).
4. “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan mereka kitab
dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata” (Al Jumu’ah : 2).
5.
“Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (Ali Imran
: 104).
6.
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah.” (Ali Imran : 110).
Tugas – tugas pendidikan ini tidak hanya diperankan oleh
pendidikan agama Islam saja, tetapi juga semua bidang pelajaran di sekolah
apalagi dalam sistem pendidikan Islam terpadu. Tugas ini menyatu dalam satu
kesatuan pola pendidikan yang mencakup unsur tilawah (membaca ayat-ayat-Nya), tazkiyah (membersihkan jiwa), ta’lim
(pengajaran kitab, hikmah dan ilmu), menyeru kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Tujuan
utama proses pendidikannya tiada lain kecuali untuk mengarahkan peserta didik
pada nilai – nilai dirinya, (potensi fitrah), menjadikannya sebagai karakter
pribadi, mengembangkannya menjadi pribadi – pribadi rabbani yang senantiasa
membawa misi da’awi dan memimpin dunia ini dengan cahaya-Nya.
PENDIDIKAN
KARAKTER MUSLIM
Pendidikan karakter identik dengan pendidikan kecerdasan emosional (EQ)
dan spiritual (SQ). Istilah ‘karakter atau kepribadian’ maksudnya adalah suatu
respon langsung (reflex) seseorang terhadap situasi secara sadar tanpa
dipengaruhi oleh stimulant dari luar (eksternal) tetapi muncul dari dalam diri
(internal). Misalnya, tanpa diperintah, anak segera menuju tempat sholat setiap
mendengar adzan. Ketika meminta sesuatu, anak selalu dengan mengatakan “minta
tolong”. Ketika membuang sampah, anak selalu membuang pada tempatnya. Ia
menjadi pribadi yang ‘jujur’ walaupun tidak dilihat oleh manusia. Ia selalu
berkata dan bertindak dengan tepat dan benar. Hatinya merasa ‘gelisah’ apabila
ia merasa bertindak kurang benar. Seperti itulah karakter, apabila telah
tertanam dalam diri seseorang akan menjadikannya sosok manusia yang memiliki
‘kepekaan’ hati nurani sehingga ia menjadi manusia yang selalu ‘beribadah’, menebar
kebaikan, memiliki ‘sinyal’ terhadap setiap keburukan dan kesalahan serta
memiliki ‘daya imun (daya tahan)’ dari pengaruh luar keburukan.
Pendidikan
karakter pada zaman globalisasi seperti sekarang ini menjadi begitu penting
mengingat adanya berbagai krisis multidimensional yang menimpa umat manusia
berawal dari krisis moral yang berakar dari lemahnya karakter dan ‘mati rasa’nya
hati manusia. Krisis multidimensi saat
ini sungguh sangat memprihatinkan, dan jika dirunut ke belakang bermuara dari
pola pembangunan SDM saat ini yang terlalu mengedepankan IQ (kecerdasan
intelektual) dan materialisme, tetapi mengabaikan EQ (kecerdasan emosi)
terlebih lagi SQ (kecerdasan spiritual).
Benih-benih karakter fitrah manusia sesungguhnya telah Allah
karuniakan dalam diri manusia dalam bentuk suara-suara hati ‘ilahiyah’ yang
bersumber dari Asmaaul Husna, seperti di antaranya : Pengasih kepada sesama,
Objektif, Memiliki Skill, Menguasai Diri, Adil, Enerjik, Berhati Jernih, Mensyukuri,
Selalu Menghargai, Cinta Damai, Bersikap Mulia, Sinergis, Kejujuran, Berhati
Luas, Ikhlas, Kreatif, Kebenaran, Pemberi Maaf, Pemaaf, Komitmen, Inspirator, Murah Hati, Konsisten, Estetis,
Pembuka Hati, Mandiri, Pendelegasi, Berpengetahuan, Inovatif, Berilmu, Empati, Bersikap
Terpuji dan Sabar. Sifat-sifat ini ada dalam ‘hati kecil’ setiap
manusia yang paling dalam. Hanya orang yang memiliki ‘kepekaan’ sajalah yang mendorong
sifat-sifat ini muncul menjadi sikap dan tindakan. ‘Tertutupnya’ dan ‘gelapnya’
hati nurani manusia yang menjadikan manusia ‘buta hati dan pikiran’ sehingga ia
menjadi manusia yang licik, culas,
serakah, durjana, jahat, kejam, penipu, bodoh, dzolim, dll disebabkan oleh
adanya ‘virus negative lingkungan’ yang merasuk dalam hati dan pikiran. Kuat
lemahnya karakter atau baik buruknya perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungannya. Karakter fitrah telah ada dalam diri manusia.
Karakter itu tidak dilahirkan begitu saja tetapi ibarat ‘bahan dasar’ ia harus
dibentuk dan diciptakan menjadi ‘produk’ manusia yang ‘bernilai tinggi’melalui
proses pendidikan.
Pendidikan IQ, EQ dan SQ yang dilakukan secara seimbang dan
proporsional akan menghasilkan sosok manusia yang memiliki ‘kepekaan’, karakter
yang kokoh, ‘daya imun’ dan ‘bersih’ dari ‘virus negatif’ sehingga menjadi
bekal kesuksesan dan kebahagiaan hakiki dalam hidup baik di dunia maupun
akherat. Para ahli telah menjabarkan setidaknya ada 20 karakter dasar yang
sangat dibutuhkan oleh anak demi kesuksesannya di masa depan, di antaranya : Empati, Peduli, Suka menolong, Hormat,
Setia, Sopan, Bijak, Percaya diri, Berani, Semangat, Inspiratif, Humoris,
Tanggung jawab, Adil, Sabar, Jujur, Disiplin, Kerjasama, Mandiri, Toleran. Namun, dalam
konteks pendidikan Islam, karakter-karakter dasar tersebut akan semakin
’bercahaya’ apabila dibingkai dalam suatu pola sistem pendidikan Islam yang utuh,
menyeluruh, integral, tidak juz’iyah yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah
Rasul sehingga mempu mencetak generasi muslim yang cerdas dan berkarakter
islami.
PENDIDIKAN ISLAM TERPADU
A.
PENGERTIAN
‘ISLAM TERPADU’
‘Islam Terpadu’ adalah dua kata yang menjadi ‘brand’ yang sekaligus melekat
dalam ‘Sekolah Islam Terpadu’ yang merupakan sekolah Islam yang lahir dalam upaya
menyikapi berbagai krisis pendidikan akibat globalisasi yang melanda kehidupan
kita.
Krisis paradigmatik terjadi
saat dunia pendidikan Islam terjebak pada dikotomi keilmuan; terpisahnya ilmu
agama dengan ilmu dunia, dikotomi antara wahyu dan alam, serta dikotomi antara
wahyu dan akal. Pemahaman ini telah membentuk suatu persepsi bahwa agama
sebagai sesuatu yang ‘hanya’ berhubungan dengan ibadah ritual atau urusan
muamalah. Agama seolah tidak ada hubungannya dengan sains, teknologi, ilmu
social, hokum, politik, budaya dan ilmu umum lainnya. Krisis visi dan arah terjadi saat lembaga pendidikan Islam tidak
mampu merumuskan visi dan arah pendidikannya menjadi tujuan pendidikan yang
diinginkan oleh Islam itu sendiri. Akibat krisis ini, Islam seakan hanya
menjadi objek bahasan, bukan menjadikan Islam sebagai “way of life” (Minhajul
hayah).
Istilah “Terpadu” menurut JSIT Indonesia dalam ‘Sekolah Islam Terpadu, Konsep
dan Aplikasinya’ dimaksudkan sebagai penguat (tauqid) dari Islam itu sendiri. Maksudnya adalah Islam yang utuh
menyeluruh, integral, bukan parsial, syumuliyah bukan juz’iyah. Hal ini menjadi
semangat utama dalam gerak dakwah di bidang pendidikan ini sebagai “perlawanan”
terhadap pemahaman sekuler, dikotomi, dan juz’iyah. Masih banyak kaum muslimin
yang memahami Islam itu hanya mengurusi sholat, masjid, aqidah, pahala, dosa.
Sementara urusan social, pendidikan, politik, budaya adalah urusan dunia.
Pemahaman semacam ini perlu diluruskan karena akan menjadikan generasi muslim
selalu terbelakang dalam setiap aspek kehidupan. Sistem pendidikan Islam
Terpadu, berupaya untuk mencerahkan pemahaman keilmuan membawa bangkitnya ruh
Islam dalam setiap sendi kehidupan.
B.
SEKOLAH
ISLAM TERPADU
Sekolah Islam Terpadu adalah sekolah Islam yang
diselenggarakan dengan memadukan secara
integrative nilai dan ajaran Islam dalam bangunan kurikulum dengan
pendekatan pembelajaran yang efektif dan pelibatan yang optimal dan kooperatif
antara guru dan orang tua, serta masyarakat untuk membina karakter dan
kompetensi murid.
Dengan pengertian tersebut, maka SEKOLAH ISLAM TERPADU
memiliki karakteristik utama yang memberikan penegasan akan keberadaannya.
Karakteristik yang dimaksud adalah :
a.
Menjadikan Islam sebagai landasan filosofis.
b.
Mengintegrasikan nilai Islam ke dalam bangunan
kurikulum.
c.
Menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran
untuk mencapai optimalisasi proses belajar mengajar.
d.
Mengedepankan qudwah hasanah dalam membentuk
karakter peserta didik.
e.
Menumbuhkan biah solihah dalam iklim dan
lingkungan sekolah : menumbuhkan kemaslahatan dan meniadakan kemaksiatan dan
kemungkaran.
f.
Melibatkan peran serta orangtua dan masyarakat
dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
g.
Mengutamakan nilai ukhuwah dalam semua interaksi
antar warga sekolah.
h.
Membangun budaya rawat, resik, rapih, runut,
ringkas, sehat dan asri.
i.
Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk
berorientasi pada mutu.
j.
Menumbuhkan budaya profesionalisme yang tinggi
di kalangan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Kesepuluh ciri atau karakteristik
tersebut menjadi acuan bagi SEKOLAH ISLAM TERPADU untuk mengembangkan dirinya
dalam upaya meraih tujuan pendidikannya. Diharapkan, seluruh komponen Sekolah
Islam Terpadu dan masyarakat memahaminya dan sekaligus menjadikan kesepuluh
karakteristik ini sebagai pembeda dengan sekolah Islam lainnya.
C.
TUJUAN
PENDIDIKAN SEKOLAH ISLAM TERPADU
Tujuan umum Pendidikan Sekolah Islam Terpadu adalah membina
peserta didik untuk menjadi insan muttaqin yang cerdas, berakhlaq mulia dan
memiliki keterampilan yang memberi manfaat dan maslahat bagi umat manusia,
dengan rincian karakter (muwashofat)
sebagai berikut :
1. Aqidah
yang Bersih (Salimul Aqidah)
Meyakini Allah SWT sebagai Pencipta,
Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam semesta dan menjauhkan diri dari segala
fikiran, sikap, dan perilaku bid’ah, khurafat dan syirik.
2. Ibadah yang Benar (Shahihul Ibadah)
Terbiasa dan gemar melaksanakan ibadah
yang meliputi : sholat, shaum, tilawah Al Qur’an, dzikir dan do’a sesuai
petunjuk Al Qur’an dan As Sunnah.
3. Pribadi yang Matang (Matinul Khuluq)
Menampilkan perilaku yang santun, tertib
dan disiplin, peduli terhadap sesame dan lingkungan serta sabar, ulet dan
pemberani dalam menghadapi permasalahan hidup sehari-hari.
4. Mandiri (Qadirun ‘Alal Kasbi)
Mandiri dalam memenuhi segala keperluan
hidupnya dan memiliki bekal yang cukup dalam pengetahuan, kecakapan dan
ketrampilan dalam usaha memenuhi kebutuhan nafkahnya .
5. Cerdas dan Berpengetahuan (Mutsaqaful Fikr)
Memiliki kemampuan berfikir yang kritis,
logis, sistematis dan kreatif yang menjadikan dirinya berpengetahuan luas dan
menguasai bahan ajar dengan sebaik-baiknya, dan cermat serta cerdik dalam
mengatasi segala problem yang dihadapi.
6. Sehat dan Kuat (Qawiyul Jismi)
Memiliki badan dan jiwa yang sehat dan
bugar, stamina dan daya tahan tubuh yang kuat, serta ketrampilan beladiri yang
cukup untuk menjaga diri dari kejahatan pihak lain.
7. Bersungguh-sungguh dan Disiplin (Mujahidun Linafsihi)
Memiliki kesungguhan dan motivasi yang
tinggi dalam memperbaiki diri dan lingkungannya yang ditunjukkan dengan etos
dan kedisiplinan kerja yang baik.
8. Tertib dan Cermat (Munazhzhomun Fi Syu’unihi)
Tertib dalam menata segala pekerjaan,
tugas dan kewajiban; berani dalam mengambil resiko namun tetap cermat dan penu
perhitungan dalam melangkah.
9. Efisien (Harisun ‘Ala Waqtihi)
Selalu memanfaatkan waktu dengan pekerjaan
yang bermanfaat, mampu mengatur jadwal kegiatan sesuai dengan skala prioritas.
10. Bermanfaat (Nafi’un Lighoirihi)
Peduli kepada sesame dan memiliki kepekaan
dan keterampilan untuk membantu orang lain yang memerlukan pertolongan.
D.
TAHAPAN
PENCAPAIAN 10 MUWASHOFAT
Kesepuluh karakter yang menjadi tujuan umum pendidikan Islam
Terpadu dicapai melalui setiap tahapan jenjang pendidikan yang disesuaikan
dengan tahapan perkembangan masing-masing jenjang, dengan rincian tujuan
sebagai berikut:
1. Tujuan Pendidikan Pra Sekolah
Menyelenggarakan Pendidikan Pra Sekolah
yang mampu memberikan stimulasi efektif bagi perkembangan aspek
mental-kognitif, moral, fisikal, emosional dan social anak agar dapat mencapai
tugas perkembangan secara optimal.
2. Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar
Menyelenggarakan Pendidikan Dasar Islam
yang mampu membentuk karakter anak sehingga memiliki pengetahuan, sikap dan
perilaku sesuai dengan tuntutan azas-azas Pendidikan anak dalam Islam dan
kompetensi standar yang telah ditetapkan.
3. Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah
Menyelenggarakan Pendidikan Menengah Islam
yang mampu memberikan bekalan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang
mengantarkan anak didik untuk mencapai kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang optimal untuk siap memasuki gerbang pendidikan selanjutnya, serta siap
menjadi kader-kader dakwah dan pemimpin perubahan.
E.
KOMPETENSI
TAMATAN
Untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang telah
ditetapkan, diperlukan acuan kompetensi yang jelas dan terukur mengenai
kompetensi (kemampuan untuk menguasai suatu pengetahuan, sikap dan atau
keterampilan tertentu) yang mesti dicapai oleh setiap siswa. Kompetensi yang
harus dicapai siswa SDIT meliputi kompetensi yang terkait dengan akhlaqul karimah, ibadah yang benar,
kemampuan akademik, keterampilan hidup (life
skill), keterampilan bahasa, pengembangan moral dan disiplin, semangat
bekerjasama, kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan, dan etos kerja (amal
sholeh).
Sarana pencapaian
tujuan di atas melalui pembelajaran dan pelatihan, pengembangan dan pembinaan
yang dilaksanakan di setiap jenjangnya. Oleh karena itu, setiap mata pelajaran
/ pokok bahasan ataupun tema pengembangan yang diajarkan harus memiliki
kompetensi standar mata pelajaran/pokok bahasan ataupun tema pengembangan yang
bersangkutan dalam rangka pencapaian kompetensi tamatan tersebut.
Secara umum, capaian pendidikan yang diinginkan dalam Sekolah
Islam Terpadu adalah sebagai berikut :
1. Capaian Akademik
Nilai rata-rata mata pelajaran utama yang
meliputi Agama, Sains, Matematika, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris.
2. Capaian Ibadah
a.
Sholat 5 waktu tertib dan tanpa diperintah
b.
Tilawah setiap hari minimal 3 halaman
c.
Khatam tilawah qur’an 30 juz minimal 1 kali
d.
Shaum Ramadhan satu bulan penuh
e.
Hafal dan mempraktekkan do’a sehari-hari
3. Capaian Tahfidz
Hafal
minimal 1 juz Al Qur’an dan 20 hadist pilihan
4. Capaian Sikap Disiplin
a.
Belajar sehari-hari
b.
Hidup sehat : makan/minum, sikat gigi, tidur,
bermain
5. Capaian Akhlaq
a.
Tidak berbuat maksiyat (lisan, telinga, mata,
tangan/kaki)
b.
Tidak kasar kepada keluarga, tetangga dan orang
lain
c.
Senang berbuat kebajikan (aksi social)
6. Capaian Keterampilan
a.
Peringkat dalam kepramukaan
b.
Menguasai salah satu jenis keterampilan (olah
raga, seni rupa, seni music, seni suara, menulis, hasta karya, dll)
c.
Menguasai salah satu bela diri
d.
Pandai berenang, setidaknya gaya bebas
e.
Dapat mengoperasikan Microshoft Office dan
Internet
f.
Dapat bercakap-cakap sederhana bahasa Inggris
dan Arab